Di tengah hiruk-pikuk kota yang tak pernah tidur, hutan kota hadir sebagai oase alami yang tak hanya menyegarkan pandangan, tetapi juga berperan penting dalam menekan emisi karbon. Saat beton dan aspal mendominasi lanskap urban, ruang hijau menjadi benteng terakhir yang menjaga kualitas udara, iklim mikro, dan tentu saja, menyerap karbon dioksida yang dihasilkan dari aktivitas manusia. Namun, seberapa efektifkah sebenarnya hutan kota dalam menyerap karbon, dan mengapa keberadaannya menjadi semakin mendesak?
Makna Strategis Hutan Kota dalam Ekosistem Urban
Hutan kota bukan sekadar taman besar di tengah kota. Lebih dari itu, ia adalah sistem ekologis kompleks yang terdiri atas pepohonan, semak, tanah, dan makhluk hidup lain yang saling berinteraksi. Fungsi utamanya bukan hanya estetika atau rekreasi, tetapi juga sebagai pengendali kualitas udara, penyimpan air hujan, penyaring polusi, hingga habitat satwa.
Dalam konteks emisi karbon, pepohonan di hutan kota berperan sebagai penyerap karbon (carbon sink). Mereka menyerap CO₂ dari atmosfer melalui proses fotosintesis, menyimpannya dalam bentuk biomassa, dan melepaskan oksigen ke udara. Proses ini menjadikan hutan kota sebagai elemen vital dalam upaya mitigasi perubahan iklim di lingkungan urban yang padat aktivitas.
Seberapa Efektif Hutan Kota Menyerap Karbon?
Menurut penelitian dari Center for International Forestry Research (CIFOR), satu hektar hutan kota dengan vegetasi lebat dapat menyerap sekitar 20–50 ton karbon per tahun, tergantung pada jenis pohon, usia, dan kepadatan tanamannya. Penyerapan ini memang jauh lebih rendah dibandingkan hutan alam tropis yang bisa menyerap hingga 200 ton per hektar per tahun, tetapi tetap signifikan dalam skala kota.
Sebuah studi di Jakarta oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menunjukkan bahwa Taman Tebet Eco Park yang memiliki luas sekitar 7 hektar mampu menyerap lebih dari 35 ton CO₂ per tahun. Angka ini menunjukkan bahwa ruang hijau yang dikelola dengan baik berkontribusi nyata terhadap penurunan emisi karbon dalam kota.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyerapan Karbon di Hutan Kota
Penyerapan karbon di area urban tidak hanya bergantung pada luas lahan, tetapi juga pada berbagai variabel lain:
-
Jenis dan Kepadatan Pohon
Pohon berdaun lebar dan tumbuh cepat seperti trembesi, angsana, atau mahoni dikenal memiliki kapasitas serap karbon yang tinggi. Semakin rapat dan beragam jenis pohonnya, semakin besar daya serap karbon. -
Usia dan Kondisi Pohon
Pohon yang berada pada masa pertumbuhan aktif (biasanya antara usia 10–30 tahun) menyerap karbon lebih banyak dibandingkan pohon tua yang pertumbuhannya melambat. -
Kondisi Tanah dan Lingkungan
Tanah yang subur dan memiliki kadar air cukup akan mendukung pertumbuhan akar dan aktivitas mikroorganisme, yang juga berperan dalam penyimpanan karbon dalam tanah (soil carbon sequestration). -
Manajemen dan Pemeliharaan
Hutan kota yang terawat dengan sistem drainase, pemupukan alami, dan perlindungan dari pencemaran akan memiliki produktivitas lebih baik dibandingkan yang terbengkalai.
Manfaat Tambahan dari Hutan Kota
Selain menyerap karbon, hutan kota memiliki efek positif lain yang mendukung keberlanjutan lingkungan:
-
Menurunkan Suhu Kota (Urban Heat Island Effect)
Daerah perkotaan cenderung lebih panas dibandingkan daerah sekitarnya karena dominasi permukaan keras yang menyerap panas. Hutan kota membantu menurunkan suhu melalui evaporasi dan bayangan. -
Mengurangi Polusi Udara
Daun dan batang pohon menangkap partikel debu, sulfur dioksida, nitrogen oksida, dan polutan lain dari udara. Sebuah studi oleh EPA di AS mencatat bahwa pohon kota mampu mengurangi konsentrasi PM10 secara signifikan. -
Mengelola Air Hujan dan Banjir
Akar pohon dan vegetasi menyerap air hujan dan mengurangi limpasan permukaan. Ini penting untuk kota-kota yang rentan banjir seperti Jakarta, Medan, atau Surabaya. -
Meningkatkan Kesehatan dan Kesejahteraan Masyarakat
Keberadaan ruang hijau terbukti menurunkan tingkat stres, meningkatkan aktivitas fisik, dan mendukung interaksi sosial yang sehat.
Tantangan Pengembangan Hutan Kota
Sayangnya, pengembangan hutan kota tidak selalu mudah. Tantangan utamanya antara lain:
-
Terbatasnya Lahan
Pertumbuhan kota yang cepat seringkali mengorbankan ruang hijau. Lahan kosong lebih sering dialokasikan untuk pembangunan komersial ketimbang ruang publik. -
Kurangnya Kesadaran dan Partisipasi Publik
Banyak warga yang belum memahami pentingnya hutan kota, sehingga kerap merusak fasilitas atau tidak menjaga kebersihannya. -
Minimnya Regulasi dan Pendanaan
Beberapa daerah belum memiliki peraturan yang memadai mengenai alokasi dan pelestarian ruang hijau. Di sisi lain, anggaran pemeliharaan hutan kota sering kali terbatas.
Inisiatif dan Harapan di Masa Depan
Berbagai kota di dunia sudah menunjukkan keberhasilan dalam mengintegrasikan hutan kota sebagai bagian dari strategi keberlanjutan. Seoul di Korea Selatan, misalnya, memiliki lebih dari 2.000 taman kota yang terhubung dan mencakup lebih dari 27% wilayah kota. Sementara itu, Singapura telah menjadikan dirinya sebagai “City in a Garden” dengan strategi penanaman pohon yang konsisten.
Di Indonesia, beberapa kota seperti Bandung dan Surabaya mulai serius menata ruang terbuka hijau. Program seperti penanaman pohon oleh warga, taman komunitas, dan kebun kota menjadi langkah awal yang positif. Ke depan, integrasi teknologi seperti pemantauan kualitas udara, sensor kelembaban tanah, dan drone pemetaan vegetasi dapat membantu mengelola hutan kota dengan lebih efisien.
Majas sebagai Penutup Pemahaman
Bisa dikatakan, hutan kota adalah “nafas segar di tengah sesak napas peradaban”—sebuah metafora yang menggambarkan pentingnya keberadaan ruang hijau di tengah tekanan urbanisasi dan polusi yang kian menggila. Ia bukan sekadar dekorasi alamiah, melainkan sistem hidup yang menopang keberlangsungan kota.
Ajak Warga dan Pemangku Kepentingan Berperan
Penting bagi setiap pihak, baik individu, komunitas, swasta, maupun pemerintah, untuk mulai mengambil bagian dalam menjaga dan memperluas ruang hijau. Menanam pohon bukan lagi sekadar kegiatan simbolik, tapi menjadi investasi nyata bagi masa depan bumi dan generasi berikutnya.
Jika Anda adalah bagian dari instansi, perusahaan, atau komunitas yang ingin mengukur kontribusi lingkungan, merancang proyek ruang hijau, atau menghitung dan mengurangi emisi karbon di lingkungan perkotaan, jangan ragu untuk menghubungi Mutu International. Sebagai lembaga terpercaya dalam sertifikasi dan verifikasi keberlanjutan, Mutu siap menjadi mitra Anda dalam mewujudkan kota yang lebih hijau, sehat, dan ramah iklim.